Laman

Minggu, 27 Februari 2011

photo

Kemah Bhakti 
Perguruan Islam Al-Hikmah 
Kajen-Margoyoso-Pati
tgl 22-24 Februari 2011
Di Desa Picis, Gunem, Rembang


















cerpen


SAGITARIUS (Bagian 2)

Kau memulai membawa kabar gembira. Dengan selesainya studimu dan berhasil membawa predikat terbaik, membawamu menuju Badan Antariksa Amerika Serikat. Tapi, kabar baik yang kupunya sama sekali tak kau dengarkan, bahkan kata "Selamat" tak meluncur dari lidahmu yang gemulai.
"Aku akan melanjutkan studiku ke Oxford, mungkin bulan depan aku akan terbang ke Inggris" kata-kataku seperti sembilu yang berusaha mengiris rasi-rasi bintang yang telah lama terangkai dihatimu.
"Akankah hubungan jarak jauh bisa kita pertahankan?" tanyaku, sambil memegang erat tanganmu. Engkau hanya diam seribu bahasa sambil mengamati rasi disudut jagat yang akan semakin mendekati kita.
"Entahlah, karena aku ingin menemui cita-citaku yang terbentang disana" lagi-lagi kau menjawabnya dengan rileks seperti tak ada beban.
Setiap kali aku melihat tayangan berita, kulihat wajahmu menghiasi layar televisi. Engkau menjadi astronout yang akan menerbangkan Shuttle Columbus menuju bulan. Wajahnya dipenuhi dengan seringai kebahagiaan. Meski kini engkau bukan lagi gadis yang ceria menceritakan rasi bintang kepadaku. Tapi rasa cinta dan kebahagiaan itu masih melekat sangat kuat.
Mungkin ini perjalanan yang memang harus ditempuh, alam sudah membesarkan aku untuk selalu bergulat dengan kata-kata yang harus kusulap menjadi mantra yang bisa menyihir ribuan orang. Aku jadi ingat dengan perkataanmu. "Aku ingin menemui penghuni Phoenix". Sungguh aneh, pikiranku melayang pada karya C.S. Lewis. Sastrawan yang membuat sebuah dunia yang mana bintang adalah sesosok manusia yang diberi tugas untuk selalu berpendar, dan jika tiba waktunya bintang itu akan pensiun.
Detik-detik penerbangan begitu menengangkan dan lama, seperti waktu tak bisa berjalan lagi. Hatiku deg-degan setengah mati. Padalah dirimu lah yang akan meluncur menuju bulan. Mungkin seluruh dunia menyaksikannya. Ingin melihat kesuksesan penerbangan Shuttle Columbus yang menelan biaya triliunan dolar itu.
Ponselku berdering, tak tahu siapa yang menghubungi karena tidak ada pengenalnya. "Halo" sapaku. "Halo, Rudi. Ini Sherin" seru suara dari balik Ponsel itu. Aku diam terpaku, tak tahu harus berkata apa kepada seseorang yang hingga kini masih terkenang dihati. "Halo!" seru Sherin meyakinkan bahwa ini adalah benar dirimu. "Aku ingin mengatakan bahwa, aku masih mencintaimu" kata-kata terakhir itu meluncur dengan cepat dan tut, ponselku mati.
Aku masih berdiri mematung, mencoba mencerna kata-kata yang serasa seperti angin nirwana. "Jujur, sebetulnya aku juga masih sayang" gumamku pelan. Aku berjalan menuju sofa depan televisi. Kupandangi detik-detik yang sangat menegangkan itu. Ditambah dengan hatiku yang sedang berbunga karena namaku masih ada dihati seseorang. "Semoga kau selamat" satu harapan tiba-tiba muncul.
Hatiku berkecamuk, karena baru sekarang kamu menghubungiku. Karena sebelum ini hubunganku denganmu sedikit demi sedikit semakin renggang. Dan dengan mudahnya kau mengeratkan hubungan ini.
"Apakah ada yang ingin kau sampaikan?" tanya salah satu reporter wanita yang mengerumunimu ketika kau sudah lengkap dengan pakaian astronout dengan meneteng helm.
"Aku ingin mengatakan sepatah kata kepada seseorang, bahwa aku masih mencintaimu" serumu sedikit tersipu. "Siapakah sesorang tersebut?" tanya reporter yang lain. "kalian tak perlu tahu. Karena yang kumaksud sendiri sedang melihatku, dan aku tahu dia paham dengan maksud dari ucapanku" jawabmu dengan senyum yang sepenuhnya mekar, seperti bunga mawar merah yang dalam masa mekar dan harum mewangi.
Mungkin aku adalah sesosok asing yang paling beruntung yang duduk disebuah sofa apartemen sederhana di negeri orang. Aku menyaksikan semburan asap yang sangat besar diknalpot Shuttle itu. Meski sudah terbang di Atmosfer, semburan api yang menimbulkan asap itu masih nampak jelas. Seperti kembang api yang tercipta sangat besar, bahkan sangat mewah untuk merayakan tahun baru.
Detik demi detik kulihat Shuttle itu meluncur tinggal awak kapalnya. Seperti pesawat biasa namun memiliki badan lebih besar dan memiliki cerobong tiga yang masih menimbulkan semburat api. Aku bisa membayangkan kecepatannya, yang seperti kecepatan supersonic. Diawak kapal diperlihatkan kinerja para astronout. Kadang kala beberapa diantara mereka mengacungkan jempol mereka.
Tiba-tiba monitor kabur, hilang koneksi. Yang terlihat di tv sekarang hanya gambar seperti jutaan semut yang tertimbun dalam tong. Aku sedikit panik, kucoba untuk menghubungi badan antariksa Amerika. Mereka mengatakan ada sedikit gangguan sinyal. Setelah aku menelepon, tv kembali normal. Terlihat satu per satu astronout mencoba turun untuk menginjak bulan, menapaktilasi jejak kaki Neil Armstrong.
Mereka mengeluarkan berbagai alat untuk behan percobaan. Mereka mengenakan jaket putih yang super tebal dan mengenakan helm yang sangat besar yang belakangnya ada selang penghubung menuju tabung oksigen. "Apa gerangan tujuan utama mereka menuju bulan" batinku tiba-tiba muncul pertanyaan.  
********
Aku mununggu dilobi untuk menyambutmu Sherin, kurelakan semua tugas yang membebaniku di Inggris hanya untuk menemuimu. Kucoba untuk menanti semua awak astronout itu turun. Aku tak sabar untuk segera memelukmu, mengecupmu dan akan kuungkapkan bahwa aku akan melamarmu.
Kadangkala kuamati cincin yang kugenggam erat itu. Cincin yang akan melekat erat dijari manismu. Yang pastinya cincin itu hanya ada satu didunia. Rasanya lama aku menunggu, jantungku semakin berdegup kencang, hingga dadaku terasa sakit. Aku mencoba menyenandungkan lagu-lagu yang sering kamu nyanyikan dulu waktu kita berduaan menghabiskan waktu malam untuk mengamati bintang. Aku masih ingat tarian yang kau gunakan untuk mengundang bintang-bintang agar mendekat.
Kulihat para astronout itu mulai muncul dari kabin, tapi kenapa muka mereka tak menunjukkan muka bersuka cita. Aku segera melangkahkan kakiku menuju seseorang astronout itu, namun dia tak terlihat karena banyak reporter yang ternyata lebih siaga daripada aku. Aku mencoba menunggumu saja. Samar-samar aku mendengar ada satu astronout yang meninggal, membuatku panik saja!. Aku mencoba menyusup pada kerumunan itu, kudengar astronout itu meninggal karena kehabisan oksigen. Aneh, jantungku menjadi gugup, sepertinya itu astronoutku. Namun aku ingin melihat secara langsung.
Kulihat astronout itu tergeletak tak berdaya diatas tandu. Bukannya tak berdaya, tapi tak bernyawa. "Sherin" seruku tak percaya. Cincin yang kugenggam kini hancur berkeping-keping. Kulihat engkau meninggal membawa sebuah senyuman yang mekar. Ya, karena kau bisa menemukan cita-citamu meski hanya di bulan.
Bersedih bukanlah yang kuinginkan, namun air mataku terproduksi semakin banyak. Setetesnya kujauhkan untuk mengiringi pemakamanmu, Sherin. Walaupun siang, kulihat disudut sana. Phoenix, Hercules, Pegasus berpendar. Dan Sagitarius memancarkan sinarnya yang paling terang, tapi terlihat hampa.

09 April 2010.

Kamis, 24 Februari 2011

cerpen


SAGITARIUS

Bintang berkedip, menunjukkan rayuannya yang paling mujarap untuk memikatmu. Membuatmu terkagum-kagum memandangnya. Kau sering menunjukkanku dimana rasi Orion, dimana Andromeda, dimana Antlia. Namun yang mengejutkan, kau sering memamerkan kepadaku letak rasi Sagitarius yang letaknya dekat dengan rasi Skutum dan rasi Serpens. "Aku suka sekali dengan Sagitarius, anggun dan memancarkan keabadian" dirimu selalu mengagungkan rasi bintang itu, kadang itu membuatku iri.
"Aku kagum padamu, kau begitu lihai menunjukkan dimana letak rasi bintang" seruku setiap kali kau menunjukkan rasi-rasi bintang baru kepadaku. Dan senyum manismu menghiasi setelah mendengar pujian itu, seolah-olah ada daya untuk menarik kedua sudut bibirmu.
Malam yang cerah adalah momen yang menyenangkan bagiku, tapi lebih menyenangkan lagi bagimu. Aku begitu senang karena bisa berduaan denganmu dengan memakan kacang rebus hingga mulutku benar-benar pegal. Namun kau mnjadi sangat aktif ketika malam tiba, kau menjadi penari alam yang seolah-olah dengan sihirmu bintang-bintang menjadi semakin dekat. Namun diantara cerahnya bintang-bintang itu senyummulah yang paling terang.
Aku terpana ketika kau mengatakan bahwa aku mirip dengan rasi Pegasus. "Kenapa tidak Hercules?" tanyaku penuh selidik, karena selama ini aku salah mengartikannya. Ketika dia menunjuk kearah rasi Hercules, dia pasti terssenyum manis kepadaku. "Karena Pegasus lebih hebat daripada Hercules" jawabnya penuh dengan kekaguman tanpa memalingkan wajahnya hanya demi memandangi Pegasus yang gemilang.
"Rudi, kau tahu, bahwa aku ingin sekali menuju kearah sana" serumu kemudian sambil menunjuk kearah sudut angkasa yang belum pernah kau perkenalkan kepadaku.
"Sudut sana?" tanyaku heran. "Kenapa?" tambahku karena aku semakin bingung. Lama kau tak menajawab, kau hanya diam dan memandangi sudut angkasa itu, lalu engkau tertawa pelan sehingga terlihat gigi-gigi putihmu.
"Phoenix, itulah tujuanku sebetulnya. Karena didalam sana terdapat penuh dengan api asmara yang membara abadi" jawabmu dengan mata menerawang jauh menyelami rasi Phoenix itu. "Oh, baru kali ini kulihat matamu penuh keyakinan dan harapan" batinku penuh dengan kekaguman akan mata yang membara itu.
"Tapi, kenapa kau selalu memandang Sagitarius dan Pegasus?" tanyaku penuh selidik, aku hanya ingin tahu maksud dari semua matamu.
"Sagitarius bisa mentransferku menuju Pegasus dengan mudah, sementara Pegasus mempunyai panah yang bisa dengan mudah meloncatkan aku kepada Phoenix" engkau menjawabnya bangga dengan spekulasi yang kau anggap brilian selama ini.
"Kau yakin dengan spekulasimu?" tanyaku sedikit meragukan.
"Kenapa tidak, aku sudah menghabiskan semua waktuku untuk menempuh studi Astrologi dan setiap malam kuhabiskan waktu untuk mengamati rasi, apakah tidak cukup untuk bisa menyatu dengan semesta" dirimu memberikan argumen yang kuat untuk menyanggah ketidak yakinanku. Satu jurus pamungkas yang aku yakini bisa membuatmu luluh, yaitu senyumku yang khas ditambah dengan lesung pipi yang sering membuat dirimu terlena.
Setiap malam aku semakin sering mendengar nama-nama rasi yang semakin aneh saja. "Menurutmu, ada berapa rasi bintang dijagat ini?" tanyaku suatu saat ketika kau menjelaskan dengan detil rasi Carina.
"Entahlah, setiap saat ilmuan menambahkan jumlah rasi bintang, bahkan ada kemungkinan satu rasi dikasih dua nama" engkau menjawab enteng tanpa memedulikan pelecehan martabat ilmuan yang seharusnya diteladaninya.
Detik-detik masa kuliahmu semakin sempit, maka aku harus merelakan waktu makan kacangku dan waktumu untuk memandangi bintang-bintang penuh hasrat. Kau mulai sibuk membawa peta rasi bintang, setiap saat, bahkan ketika kau sedang mengunjungiku untuk sekedar meminta tolong kepadaku untuk membelikan gula.
Aku maklum, meski kadang aku kesepian dengan celotehanmu mengenai rasi bintang. Meski aku kadang tak terlalu memahaminya, karena dibalik semua itu aku sebenarnya sibuk memikirkan bentuk gaya bahasa yang sring diucapkan oleh romeo kepada juliet dalam roman percintaan ciptaan Shakespeare yang penuh dengan nilai satra klasik. 

BERSAMBUNG
09 April 2010.

dimuat dalam horison kaki langit edisi november 2010.

Senin, 14 Februari 2011

Boy Band

Maraknya boy band asal korea (Contohnya Super Junior) membawa dampaknya ke Indonesia. Sekarang bisa kita lihat bahwa Indonesia mulai menggandrungi Boy Band. contohnya SMASH. Jika ditelisik lebih jauh lagi, pada dasarnya Boy Band sudha mulai merebak di Bumi Barat. katakanlah seperti Westlife, N,sync, Backstreet Boys dan masih banyak lagi.

Kamis, 10 Februari 2011

Puisi

Malam 12 Desember

malam membentang dengan indah.
bintang saling berebut pengaruh padaku.
memamerkan segala sajak dan syairnya.

semuanya,
hanya satu yang masih malu-malu.
"lihatlah sagitarius,"
dia menjauh dariku.
kedua tangannya tersembunyi.
"aku menebak dia juga membawa syair yang dahsyat"
hanya saja, ketika kudekati. dia makin menjauh.
membuat jarak kita
memberi rambu-rambu larangan
ah, masa bodoh.
akan kukejar terus.
akan tetapi, larinya yang lincah membuat napasku terputus.
hingga hilang harapanku.
"salamku buat sagitarius"
kubisikkan pada Andromeda.
matanya berbinar menerima pesanku.
sementara centaurus mengamatiku dengan mengancam.
karena aku akan melawan takdir yang baru diramalkannya.
meski dia sendiri adalah gugusan bintang.

12 Desember 2010.

Selasa, 08 Februari 2011

Dalam Mihrab Cinta (Trailer)

Dalam Mihrab Cinta


             film yang dibintangi oleh dude Herlino, Meyda Safira dan Asmirandah ini menceritakan perjalanan kehidupan seorang santri yang  terkena fitnah hingga diusir dari pondok. Penjara juga sempat menjadi hunian baginya, dampak fitnah yang luar biasa membuat keluarganya murka. hanya adiknya yang mesih menolong saat "santri " dipenjara. Kemudian dia memutuskan untuk pergi mengadu nasib di Jakarta dan berakhir menjadi guru ngaji dan mubaligh kondang.

sang pemimpi

 
Adalah seorang guru bernama Balia yang menjadi sumber inspirasi bagi Ikal, Arai dan Jimbron. Kelas Balia membawa mereka pada keajaiban ilmu pengetahuan dan luasnya kehidupan, tempat yang memberi mereka nafas untuk keluar dari tekanan hidup.  Balia membarakan semangat mereka untuk menjelajahi Eropa dan bagian dunia lain untuk mengarungi kehidupan. Namun,  pada saat yang sama, mereka harus menghadapi sikap keras Pak Mustar, sang kepala sekolah. Kontras dengan sikap Balia, Pak Mustar adalah seorang guru yang menerapkan cara didik dengan pola hukuman bagi yang lalai
Problematika yang mereka hadapi tak hanya soal sekolah dan bertahan hidup, tapi juga cinta, satu hal yang tak mungkin mereka hindari di kehidupan remaja. Cinta Arai pada Zakiah Nurmala menggiringnya menjadi seorang penyanyi dadakan dengan berguru  pada Bang Zaitun, seorang pemusik Melayu keliling. Jimbron jatuh hati dengan Laksmi,  gadis pemurung pekerja pabrik cincau yang tak pernah tersenyum sejak orang tuanya meninggal. Ikal  tertarik pada gambar wanita molek dari  reklame sebuah film Indonesia di bioskop
Tetapi, kebimbangan Ikal akan hidup dan masa depan membuatnya patah arang dan berusaha menghapus impiannya bersekolah ke Eropa bersama Arai. Ikal yang dulu seolah memiliki semangat baru, menjadi Ikal yang tenggelam dalam keputusasaan dan menyisakan kekecewaan yang dalam di hati sang ayah yang sangat membanggakan dirinya sejak kecil 
Rasa bersalah terhadap sang ayah membuat Ikal bangkit, dan para pemimpi pun kembali berlari bersama. Satu persatu simpul-simpul kesulitan hidup untuk mencapai mimpi mereka buka. Cita-cita, harapan, dan cinta. Dengan tambahan bekal dari tabungan Jimbron, Ikal dan Arai melanjutkan hidup untuk merajut mimpi. Namun, setelah gelar sarjana diraih, Arai menghilang. Tinggalah Ikal sendirian mengadu nasib sambil mengejar mimpi. Sanggupkah ia meraih mimpinya tanpa kehadiran Arai?

(www.21cineplex.com)


Puisi

You make me wanna love


angin menghembus.
menerbangkan poni-poni rambutku
menyeruak hingga relung sukma.
membisikkan setiap kata yang bermantra.
penuh intonasi, dan permainan bait.

aku menyerah untuk tak memujamu.
hidup hampa tanpa makna.
berteriak lantang.
ibarat tong kosong yang ternyaring berbunyi.

08, Pebruari 2011

Kamis, 03 Februari 2011

Pelantikan Ambalan

Pelantikan Ambalan K.H. Muzayyin
Gugus Depan MA Perguruan Islam Al-Hikmah
Kajen - Margoyoso - Pati










 Penyematan Badge Ambalan sebagai tanda bahwa sah menjadi bagian dari Ambalan K.H. Muzayyin
 Penyiraman Kembang Setaman.