Laman

Sabtu, 29 Januari 2011

Puisi

Sajak kematian

 

Surat itu melayang.
Tepat terbuka dimataku.
Menampakkan tulisannya,
Yang merah darah.
Menakutkan,
Pekat tebal,
Berbau anyir.

Seratus hari,
Nyawaku diperhitungkan.
Sehari satu pasak.
Menusuk kulit.
Begitu perih nan menyakitkan.
Hingga seratus hari.
Pasak terakhir.
Menusuk jantungku.

Setelah kepergian
Kertas itu hilang
Digantikan abu yang berbau wangi
Digantikan warna yang suci
Digantikan dengan sunyi sepi
Digantikan nadi yang berhenti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar